How Personal Life Shaped Monoman's Music
Monoman's personal experiences greatly influence their music. Themes of struggle, identity, and resilience often feature prominently in their lyrics, reflecting significant relationships and challenges they've faced. These experiences resonate deeply with listeners, creating a powerful connection through their music. The artist has also been involved in various charitable causes, using their platform to raise awareness and inspire change. This commitment to social issues enriches their artistry, offering listeners not just entertainment but also a sense of purpose and connection.
Agen tangkasnet me yang terpercaya pastinya akan menampilkan website terbaik dan menarik. Oleh karena itu anda harus menilai tampilan login tangkasnet me tersebut apakah menarik atau tidak.
Salah satu agen tangkasnet me asia yang tepercaya pastinya akan memberikan anda kontak seperti whatsapp, line dan yang lainnya agar dapat memudahkan anda untuk menghubungi situs tangkasnet terbaru apabila ada kendala dalam transaksi anda.
Salah satu karakteristik agen tangkasnet media yang aman dan terpercaya pasti akan memberikan anda selalu kpelayanan yang memuaskan. Dan bukan hanya itu pastinya juga menyediakan pelayanan costumers service yang aktif 24 jam dalam seminggu.
Daftar tangkasnet me yang terpercaya pastinya akan memberikan berbagai permainan selain bola tangkasnet tersedia 88tangkas dengan aplikasi download tangkasnet Pc / Android dan 88tangkas. Mereka pastinya akan memberikan anda banyak pilihan seperti permainan kasino lainnya.
Bring Me the Horizon (BMTH) adalah grup musik rock Inggris yang dibentuk di Sheffield pada tahun 2004. Saat ini grup ini digawangi vokalis Oliver Sykes, gitaris Lee Malia, bassis Matt Kean, dan drummer Matt Nicholls. Saat ini mereka berada di bawah kontrak dengan RCA Records secara global dan Columbia Records secara eksklusif di Amerika Serikat.
Grup musik ini merilis album debutnya, Count Your Blessings, pada tahun 2006. Album ini justru mendapat kritikan pedas setelah dirilis. Dengan demikian mereka memutuskan undur diri dari gaya bermusik kontroversial mereka dengan keluarnya album Suicide Season (2008), yang menjadi titik balik kreativitas grup musik itu. Darinya mereka mendapat kritikan dan nilai komersial lebih baik. Album ketiga mereka, There Is a Hell Believe Me I've Seen It. There Is a Heaven Let's Keep It a Secret., dirilis tahun 2010, telah membawa mereka ke kancah musik internasional, dan menggabungkan pengaruh dari musik klasik, electronica, dan pop. Album debutnya yang dirilis di label besar, Sempiternal (2013) mendapat sertifikasi Emas di Australia (35.000 kopi) dan Perak di Inggris (60.000 kopi). That's the Spirit (2015) memulai debutnya pada posisi kedua di UK Albums Chart dan US Billboard 200.[1][2] Album studio keenam mereka Amo (2019) memuncaki posisi pertama di Britania Raya. Di samping enam album studio ini, mereka juga merilis dua EP dan dua album konser. Mereka telah mengantongi empat penghargaan Kerrang!, termasuk dua untuk Best British Band dan satu untuk Best Live Band. Mereka juga dinominasikan di Grammy.
Karya-karya BMtH yang pertama, termasuk pada album debutnya, Count Your Blessings, merupakan lagu-lagu deathcore, tetapi mereka mulai mengadopsi gaya metalcore yang lebih eklektik di album-album berikutnya. Kemudian, That's the Spirit menandai pergeseran gaya bermusik mereka ke rock yang kurang agresif.[3] Pada album Amo, gaya bermusik mereka berubah menjadi electronica, pop, dan hip hop.[4][5]
Pendiri BMtH diyakini berasal dari latar belakang musikal yang berbeda-beda dalam metal dan rock. Matt Nicholls dan Oliver Sykes memiliki ketertarikan terhadap musik metalcore Amerika seperti grup musik Norma Jean dan Skycamefalling, dan banyak menghadiri acara hardcore punk lokal. Mereka berjumpa dengan Lee Malia, yang turut membicarakan thrash metal dan grup-grup musik death metal melodis seperti Metallica dan At the Gates; Malia bahkan turut serta sebagai anggota grup musik tribute-to Metallica sebelum berjumpa dengan keduanya. Bring Me the Horizon resmi dibentuk pada Maret 2004, ketika para anggotanya berusia 15 hingga 17 tahun. Curtis Ward, yang juga tinggal di daerah Rotherham, bergabung dengan Sykes sebagai vokalis, Malia sebagai gitaris, dan Nicholls sebagai drummer. Bassis Matt Kean, yang juga pernah menggawangi band-band lokal lainnya, melengkapi formasi tersebut. Nama grup musik ini dikutip dari film Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl, yang pada kutipan filmnya Kapten Jack Sparrow mengatakan, "Now, bring me that horizon."[9] Pertama kali mereka tampil pada tanggal 15 April 2004, di The Charter Arms di Rotherham, Inggris.
Beberapa bulan setelah pembentukan, Bring Me the Horizon menciptakan album demo yang berjudul Bedroom Sessions. Mereka kemudian merilis EP pertamanya, This is What Edge of Your Seat Was Made for pada September 2004 melalui label lokal Inggris Thirty Days of Night Records. Bring Me the Horizon merupakan artis pertama yang mendaftar di label tersebut.[10] EP ini direkam di Pristine Studios di Nottingham selama kurang lebih dua akhir pekan, dengan drum dan bass direkam pada akhir pekan pertama, dan gitar dan vokal selesai seminggu kemudian.[11]
Label rekaman Inggris Visible Noise mulai tertarik dengan grup musik ini setelah keluarnya EP tersebut, dan menandatangani kontrak empat album, selain merilis ulang EP tersebut pada Januari 2005. Rilisan ulang ini mendapatkan perhatian yang cukup signifikan hingga akhirnya memuncak di posisi ke-41 pada tangga album Inggris.[12] Band ini kemudian dianugerahi Best British Newcomer (Pendatang Baru Terbaik) dalam acara Kerrang! Awards 2006.[13]
Tur pertama grup musik ini turut mendukung konser The Red Chord di seluruh Britania Raya. Seperti tur-tur awal lainnya, mereka bisa mendapatkan kesempatan tersebut dengan menipu promotor. Kean dan ibunda Oliver, Carol Sykes, menjadi manajer de facto grup musik saat itu sampai 2008. Sebagai grup musik pendukung dari konser The Red Chord, Kean mengirim surat elektronik kepada promotor dan berpura-pura mereka membuka konser tersebut pada seluruh tanggal konser, kala mereka harusnya bermain di acara lokal mereka. Hal ini menyebabkan mereka diminta untuk tampil di seluruh tur. Dalam kasus lain, Sykes membuat akun surat elektronik dengan mencatut vokalis Johnny Truant, Oliver Mitchell, yang digunakan untuk menghubungi seorang promotor untuk meminta Bring Me the Horizon ikut dalam tur mereka. Kecanduan minuman keras menjadi catatan terkelam dalam sejarah konser mereka kala anggota Bring Me the Horizon mabuk sehingga muntah-muntah di panggung dan menyebabkan peralatan mereka rusak.
Pada Oktober 2006, album debut BMtH Count Your Blessings dirilis di Britania Raya dan Agustus 2007 di Amerika Serikat. Mereka menyewa sebuah rumah di pedesaan untuk menciptakan lagu, tetapi merasa terganggu. Mereka akhirnya memilih merekamnya di pusat kota Birmingham, suatu proses yang terkenal nilai buruknya karena kebiasaan mereka minum minuman keras yang berlebihan dan berbahaya. Selama periode ini, drummer Nicholls merangkum kejadian tersebut dan berkata, "Kami keluar setiap malam, hanya menjadi bocah biasa yang berusia 18 tahun." Kritikus menyebut album ini dengan memberi tanggapan yang sangat bertentangan bahwa grup musik ini sudah dikenal publik.
Untuk mendukung promosi album ini, mereka menggelar tur yang cukup lama di Inggris pada bulan November,[15] dan turut mengisi bersama Lostprophets dan The Blackout dalam sebuah tur Britania Raya[16] hingga akhir November dan Desember 2006.
Pada Januari 2007, Bring Me the Horizon mampu mengubah pandangan mereka di luar Britania Raya, kala menggantikan band Bury Your Dead dalam konser Killswitch Engage di Eropa. Kekosongan slot ini terjadi setelah Bury Your Dead dipaksa undur diri dengan keluarnya sang vokalis, Mat Bruso.[17] Kehadiran Bring Me the Horizon ternyata kurang diterima bagi para penggemar Killswitch Engage; bahkan penonton konser ramai-ramai melempari mereka dengan botol sebelum mereka tampil.
Berikutnya, Bring Me the Horizon merekam album studio kedua mereka, Suicide Season di Swedia, diproduseri Fredrik Nordström. Ia merasa tidak puas dengan album pertama BMtH dan mulanya ia mengajukan absen dari sesi rekaman hingga akhirnya dia bersedia hadir. Kala itu, Nordström telah mendengarkan suara baru yang mereka coba selama sesi rekaman sehingga ia pun akhirnya terlibat dalam rekaman. Album ini dipromosikan secara besar-besaran pada minggu-minggu sebelum dirilis dengan tagline promosi "September is Suicide Season." [20] Untuk mempromosikan Suicide Season grup musik ini memulai tur konser utama pertama mereka di Amerika Serikat, serta tampil di Warped Tour 2008. Pada Mei 2008, Bring Me the Horizon adalah grup musik pendukung utama dalam tur perpisahan I Killed the Prom Queen di Australia, bersama The Ghost Inside dan The Red Shore.[21]
Suicide Season dirilis pada tanggal 18 September 2008 di Amerika Serikat melalui label Epitaph dan pada 29 September di Eropa melalui Visible Noise. Pada 2009, Bring Me the Horizon mengisi acara 2009 Kerrang! Tour bersama Black Tide, Dir En Grey, In Case of Fire dan Mindless Self Indulgence.[22] Mereka juga turut mengisi konser bersama Thursday, Cancer Bats, Four Year Strong, dan Pierce the Veil di leg Amerika Utara dari tur Taste of Chaos 2009 dari Februari hingga April setelah penyelenggara konser Kevin Lyman menawari mereka slot kosong.[catatan 1]
Selama tur Taste of Chaos masih berlangsung pada bulan Maret tahun itu, gitaris II Curtis Ward meninggalkan grup.[24] Hubungannya dengan band semakin memburuk karena penampilan panggung makin buruk. Ia berlaku kasar kepada penonton selama tur ini, dan ia sudah memberi kontribusi kecil pada album Suicide Season.[11] Alasan lain keluarnya anggota ini adalah tinitus (gangguan pendengaran) yang memburuk di satu telinganya yang berfungsi. Curtis Ward adalah penyandang tunarungu bawaan di satu telinga dan mengakui bahwa bermain di grup musik membuat telinganya yang masih berfungsi berdenging sehingga mengalami gangguan tidur di malam hari.[25] Akhirnya Ward ditawari untuk menyelesaikan sisa tanggal tur, namun ditolak band dan memilih meminta teknisi gitar mereka, Dean Rowbotham, untuk menggantikan Ward untuk pertunjukan yang tersisa. Lee Malia mencatat bahwa keluarnya Ward membantu meningkatkan suasana hati semua orang karena penampilannya yang buruk. Dalam waktu seminggu setelah tur berakhir, Sykes mulai berbicara dengan Jona Weinhofen, yang saat itu menjadi gitaris Bleeding Through. Band ini telah mengenal orang itu dari karya-karya bersama band sebelumnya I Killed the Prom Queen, dan dia diminta untuk bergabung dengan mereka.[26] Ward kemudian bekerja di acara TV Top Gear,[27] dan terkadang tampil di atas panggung bersama Bring Me The Horizon, untuk menyanyikan lagu "Pray For Plagues", terutama di Wembley Arena pada tahun 2015.[28] Pada tahun 2016, diumumkan bahwa Ward telah bergabung dengan band Counting Days.[29]
Pada November 2009, Bring Me the Horizon merilis versi remix dari album Suicide Season, berjudul Suicide Season: Cut Up! Musisi dan produser yang tampil di album ini antara lain: Ben Weinman, Skrillex, L'Amour La Morgue, Utah Saints, dan Shawn Crahan.[30] Secara musikal, album ini mencampurkan banyak genre elektronik termasuk: electronica, drum and bass, hip-hop, dan dubstep. Teknik perekaman dubstep digunakan oleh Tek-One[31] dan Skrillex sementara unsur-unsur hip-hop muncul dalam remix Travis McCoy dari "Chelsea Smile". [butuh rujukan]
Album studio ketiga, sekaligus album pertama bersama gitaris II Jona Weinhofen, berjudul There Is a Hell Believe Me I've Seen It. There Is a Heaven Let's Keep It a Secret., dirilis pada 4 Oktober 2010 dan pertama kali tampil pada posisi ke-17 pada Billboard 200 di Amerika Serikat,[32] ke-13 pada UK Album Chart,[33] dan pertama pada Australian Albums Chart,[34] UK Rock Chart,[35] dan UK Indie Chart.[36] Meskipun mencapai nomor satu di Australia, penjualan album ini terendah untuk album nomor satu dalam sejarah tangga lagu Australian Recording Industry Association (ARIA).[37]
Matt Nicholls menjelaskan tema lirik lagu There Is a Hell... sebagai "akibat dari semua yang telah kami nyanyikan di CD terakhir kami [Suicide Season]," dan menganggap musik dan liriknya berkarakter murung dan lebih gelap.[11] Ada lima singel yang terdapat pada album ini, yaitu "It Never Ends", "Anthem", "Blessed with a Curse", "Visions", dan "Alligator Blood", dan kelimanya memiliki video klip musik. Band ini memulai tur utama di tempat-tempat kecil di seluruh Britania Raya, didukung oleh Cancer Bats dan Tek-One.[38] Pada bulan Desember 2010, Bring Me the Horizon bergabung dengan Bullet for My Valentine sebagai band pendukung utama, bersama Atreyu, dalam konser arena selama lima hari yang singkat di sekitar Britania Raya.[39] Dalam rangka menghadapi permintaan tinggi, Live Nation menerbitkan tambahan karcis berdiri untuk semua tanggal.[40]
Pada April 2011, Bring Me the Horizon memulai tur konser Eropa, dimulai di Britania Raya. Mereka turut menggelar tur ini dengan Parkway Drive dan Architects sebagai grup musik pendukung utama, bersama The Devil Wears Prada sebagai band pembuka untuk Inggris serta grup dubstep Tek-One. Tur ini jelas bukan tanpa rintangan. Pada 28 April, Nicholls mengalami patah di lengan saat bermain sepak bola dengan anggota Bring Me the Horizon, Parkway Drive dan Architects. Alih-alih membatalkan tur, drummer Architects Dan Searle menggantikan posisinya sebagai drummer, dan setlist Bring Me the Horizon dipangkas menjadi setengahnya.[41] Tur diperpanjang dengan leg Amerika Utara dari 13 Agustus hingga 4 Oktober, dengan tetap bersama Parkway Drive dan Architects dan menambahkan Deez Nuts ke daftar pengisi.[42] Pada 23 Agustus BMtH merilis video musik keempat dan single, "Visions",[43] menyusul pada 31 Oktober video musik untuk lagu "Alligator Blood".[44]
Pada bulan Desember 2011, Machine Head menyukseskan tur konser arena di seluruh Eropa dengan Bring Me the Horizon sebagai band utama bersama dengan DevilDriver dan Darkest Hour. Oliver Sykes mengatakan bahwa ini menjadi tanggal Eropa terakhir sebelum mereka mulai menciptakan dan merekam album keempat mereka.[45] Pada tahun 2011, tur ini pun berakhir dengan pengumuman oleh band pada tanggal 29 Desember dengan terbitnya EP baru The Chill Out Sessions, berkolaborasi dengan DJ Draper Inggris.[46] Draper pertama kali merilis versi remix yang resmi dari lagu "Blessed with a Curse" pada Mei 2011.[47] EP ini semula direncanakan dirilis tepat pada Tahun Baru, dan akan tersidia dalam unduhan digital yang bisa dibeli di situs resmi Bring Me the Horizon, tetapi rilis EP dibatalkan dengan alasan "persoalan terkait manajemen dan label saat ini".[48][49]
Setelah padatnya tur, Bring Me the Horizon akhirnya menyelesaikan promosi album ketiga mereka pada akhir 2011. Mereka kembali ke Britania Raya untuk masa istirahat yang sangat lama dan akhirnya mulai mengerjakan album berikutnya.[50] Agar tetap fokus dalam proyeknya itu, sama seperti dua album sebelumnya, mereka mengasingkan diri saat menulisnya. Kali ini, mereka menempati sebuah rumah di Lake District. Pada bulan Juli, band ini mulai mempublikasikan gambar-gambar dari rekaman mereka sendiri di 'studio yang berlokasi sangat rahasia',[51] dan menjelaskan bahwa mereka bekerja dengan produser Terry Date untuk merekam dan memproduksi album.[52] Pada 30 Juli, band ini mengumumkan bahwa mereka telah meninggalkan label lamanya dan menandatangani kontrak dengan RCA, yang akan merilis album keempat mereka pada tahun 2013.[53] Grup musik ini hanya tampil di tiga acara pada tahun 2012: Warped Tour 2012 pada 10 November di Alexandra Palace di London tempat mereka menjadi penampil utama (dan awalnya diyakini sebagai satu-satunya konser mereka),[54] acara di BBC Radio 1 Radio 1 Rocks pada 22 Oktober, yang menampilkan enam set lagu sebagai band pendukung untuk Bullet for My Valentine,[55][56] serta pembukaan acara Warped Tour di Sheffield pada 9 November.[57] Pada akhir Oktober diumumkan bahwa album keempatnya, yang diberi judul Sempiternal dirilis tentatif pada awal 2013.[58] Pada 22 November band ini merilis album kolaborasi dengan Draper The Chill Out Sessions secara cuma-cuma.[59]
Pada tanggal 4 Januari 2013, Bring Me the Horizon merilis single pertama dari Sempiternal, "Shadow Moses". Pertama kalinya diputar oleh penyiar radio Daniel P. Carter di BBC Radio 1. Mengingat permintaan yang cukup besar, Epitaph merilis video musiknya seminggu lebih awal dari yang direncanakan.[60] Pada bulan Januari, grup musik ini juga merombak keanggotaannya. Hal ini diumumkan kala Jordan Fish, mantan kibordis Worship serta musisi yang terlibat dalam proses perekaman Sempiternal, diumumkan sebagai anggota resmi. Kemudian pada bulan berikutnya, Jona Weinhofen meninggalkan band.[61] Meskipun band menampik bahwa Fish menggantikan Weinhofen, sejumlah pemberi ulasan mengatakan bahwa mengganti gitaris dengan kibordis lebih cocok dengan gaya baru mereka.
Grup musik ini tampil di beberapa penampilan festival pada bulan Februari. Mereka bermain di Soundwave Festival di Australia, tampil di seluruh lima tanggal acara di: Brisbane, Sydney, Melbourne, Adelaide, dan Perth,[62] dan kemudian di RAMFest, Afrika Selatan bersama Rise Against pada Maret,[63][64] Festival Rock am Ring dan Rock im Park di Jerman pada bulan Juni,[65] lalu dari Juni hingga Agustus mereka tampil di Warped Tour 2013 di AS dan Kanada.[66] Bertepatan dengan rilis Sempiternal tanggal 29 April, band ini melakukan tur utama pertama mereka di Britania Raya selama 18 bulan bersama Crossfaith dan Empress AD.[67]
Dalam rangka mempromosikan Sempiternal, grup musik ini tur keliling Australia bersama Of Mice & Men dan Crossfaith,[68] serta bermain di tur Inggris bersama Pierce The Veil dan Sights & Sounds.[69] Mereka telah menyelesaikan tur konser American Dream Tour di Amerika Utara, didukung oleh Of Mice & Men, Issues, letlive., dan Northlane.[70] Grup musik ini juga didapuk menjadi pendukung utama untuk konser grup musik Amerika Serikat A Day to Remember, "Parks & Devastation Tour", di seluruh Amerika sepanjang September dan Oktober, bersama dengan Motionless in White dan Chiodos.[71] Band ini juga tampil di Wembley Arena di London pada 5 Desember dengan dukungan Young Guns, Issues, dan Sleepwave,[72] yang direkam serta dirilis sebagai album konser DVD.
Selanjutnya, pada tahun 2014, band ini merilis dua lagu baru berjudul "Drown" pada 21 Oktober, sebagai singel nonalbum, dan "Don't Look Down" pada tanggal 29 Oktober, sebagai bagian dari re-score film Drive.
Pada akhir Juni, BMtH mulai mempromosikan simbol payung dengan rintik hujan yang digunakan sebagai tato, stiker, dan poster di seluruh Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Eropa; yang menjadi sampul promosi untuk singel pertama dari grup musik itu.[73] Grup musik ini merilis video pendek pada awal Juli yang memuat kata-kata "that's the spirit" dapat didengar saat diputar terbalik.[74] Pada 13 Juli 2015, singel promosi "Happy Song" dirilis di halaman Vevo band tersebut, dan pada 21 Juli 2015, Sykes mengungkapkan nama album itu adalah That's the Spirit.[75] Band ini juga merilis singel dan video musik untuk "Throne" pada 23 Juli 2015, dan lagu promosi lainnya yang berjudul "True Friends", dirilis pada 24 Agustus 2015.[76] Album ini dirilis pada 11 September 2015 dengan beragam pujian. Album ini menelurkan beberapa video musik di antaranya "Drown", "Throne", "True Friends", "Follow You", "Avalanche", dan "Oh No".
Grup musik ini mulai menyelenggarakan tur di Amerika Serikat pada Oktober 2015, didukung grup musik metalcore Issues dan grup musik rock PVRIS.[77] Band ini juga menggelar tur Eropa pada November 2015, dan memulai tur AS kedua pada bulan April dan Mei 2016. Selanjutnya diikuti tur Australia pada September 2016, dan tur Eropa kedua pada November 2016.[78][79]
Pada tanggal 22 April 2016, band ini melakukan konser simfonis, diiringi orkestra dengan Simon Dobson sebagai dirigennya, di Royal Albert Hall, London. Konser ini mencatatkan diri sebagai konser BMtH pertama yang diiringi orkestra. Konsernya direkam dan albumnya, Live at the Royal Albert Hall, dirilis pada 2 Desember 2016 melalui platform sumbangan sukarela PledgeMusic dalam format CD, DVD, dan piringan, yang sumbangannya diserahkan kepada Teenage Cancer Trust.[80] Pasca-pertunjukan, Fish sempat mengakui akan ada kemungkinan tur penuh lagi dengan orkestra, dengan mengatakan: "Agak memalukan untuk melakukan semua upaya ini selama berbulan-bulan hanya untuk satu malam." [81]
Pada bulan Agustus 2018, poster-poster mulai bertebaran di sudut-sudut kota besar di seluruh dunia, yang bertuliskan: "do you wanna start a cult with me".[82] Poster-poster itu kemudian diakui oleh media massa sebagai milik grup musik ini karena adanya logo heksagram unikursal yang menjadi ciri khas dari grup musik ini. Pada saat itu, grup musik itu sendiri belum mengakui keterlibatan mereka dengan kampanye publik. Poster-poster itu memberikan nomor telepon dan alamat situs web yang unik.[83] Situs web tersebut menampilkan pesan singkat berjudul "An Invitation To Salvation" serta menampilkan tanggal 21 Agustus 2018. Nomor telepon ini terus memberi perhatian para penggemar grup musik ini dengan pesan audio yang panjang dan sering berganti-ganti.[84] Ada pesan yang dilaporkan berakhir dengan klip audio yang terdistorsi dari apa yang dianggap sebagai musik baru dari band.[85]
Lagu yang dimaksud sebagaimana poster di atas tak lain adalah "Mantra", dirilis tanggal 21 Agustus. Pada hari berikutnya band ini mengumumkan bahwa album baru mereka, Amo, akan dirilis pada 11 Januari 2019 bersama dengan diumumkannya tanggal-tanggal konser baru mereka, First Love World Tour.
Pada tanggal 21 Oktober, band ini merilis single kedua mereka "Wonderful Life" menghadirkan Dani Filth, bersama dengan daftar lagu di album Amo. Pada hari yang sama, band ini mengumumkan bahwa peluncuran albumnya ditunda dan ditetapkan akan dirilis tanggal 25 Januari 2019.[86]
Pada tanggal 1 Desember, dilaporkan bahwa selama pertunjukan di Ally Pally, seorang penonton konser meninggal di moshpit dan dikawal paramedis dan petugas keamanan. Sehari kemudian, grup musik ini mengonfirmasi hal tersebut dengan mengatakan bahwa tiada sepatah kata pun yang bisa diucapkan betapa ngerinya perasaan kami malam ini setelah mendengar kabar kematian seorang pria muda di acara kami tadi malam. "Kami turut berduka cita kepada keluarganya dan orang-orang terkasihnya atas kejadian yang mengerikan ini. Kami akan berkomentar lebih lanjut pada waktunya."[87][88]
Pada 3 Januari 2019, grup musik ini merilis single ketiganya "Medicine" beserta video musiknya.[89] Pada 22 Januari, tiga hari sebelum dirilisnya album ini, band ini merilis single keempat "Mother Tongue".[90] Pada 24 Januari, band ini merilis single kelima "Nihilist Blues" yang menghadirkan Grimes.[91]
Berikutnya, pada tanggal 26 Juli, grup musik ini merilis singel keenam "Sugar Honey Ice & Tea" beserta video musiknya.[92] Pada 21 Oktober, band ini merilis singel ketujuh "In the Dark" beserta video musik yang menampilkan Forest Whitaker.[93][94] Pada 6 November, grup musik ini merilis lagu berjudul "Ludens", yang dimasukkan dalam album musik permainan video Death Stranding: Timefall, dan setelahnya muncul kabar bahwa band ini berencana untuk tidak pernah merilis album studio lagi dan memilih merilis EP.[95][96] Tanggal 27 Desember, band ini merilis EP berjudul Music to Listen to~Dance to~Blaze to~Pray to~Feed to~Sleep to~Talk to~Grind to~Trip to~Breathe to~Help to~Hurt to~Scroll to~Roll to~Love to~Hate to~Learn Too~Plot to~Play to~Be to~Feel to~Breed to~Sweat to~Dream to~Hide to~Live to~Die to~Go To tanpa pemberitahuan apa pun sebelumnya.[97][98]
Di tengah pandemi COVID-19, pada 20 Maret 2020, band ini kemudian membagikan kisahnya di studio rumah, menulis dan merekam material untuk rekaman kedelapannya, yang diperkirakan adalah EP, yang diko-produseri oleh Mick Gordon.[99] Pada 25 Juni, singel berjudul "Parasite Eve" dirilis bersama video musiknya. Pada hari yang sama, band ini juga mengumumkan proyek baru berjudul Post Human yang kelak merupakan empat EP dirilis berbeda yang kemudian dipadukan sebagai sebuah album.[100][101] Pada 2 September, band ini merilis singel berjudul "Obey" menggaet penyanyi Yungblud serta video musiknya.[102]
Pengaruh bermusik Bring Me the Horizon yang paling awal adalah dari grup musik seperti At the Gates, Carcass, Pantera, Metallica, The Dillinger Escape Plan, Every Time I Die, Norma Jean, Skycamefalling, dan Poison the Well; [11][103][104] sementara genre death metal, grindcore, dan emo telah dikutip oleh penulis AllMusic Steward Mason.[105] Namun, saat keterampilan bermusik mereka terus berkembang grup ini mulai mengutip unsur-unsur progressive rock, post-rock, dubstep, dan electronica.[107] Gaya bermusik band ini digambarkan paling banyak adalah metalcore [108][109][110][111][112][113][114][115] dan – meskipun sudah lama ditinggalkan[116] – materi awal mereka adalah deathcore.[117][118][119][120][121] Sepanjang kariernya, band ini juga bermain dalam genre metal alternatif,[122][123][124] rock alternatif,[125][126] pop rock,[127] rock elektronik,[128] hard rock,[129][130] heavy metal,[131][132][133] post-hardcore,[134][135] pop,[5][136] nu metal,[137][138] electropop, arena rock, metalcore melodis, electronicore, electronica, screamo, hardcore punk,[139] metal progresif, dan emo.
Bring Me the Horizon berupaya tumbuh dan berubah di setiap album; diyakini mereka harus tampil berbeda.[23] Raziq Rauf, menulis di Drowned In Sound, mendeskripsikan Count Your Blessings sebagai "album dengan riff mengguntur bergaya Norma Jean bercampur dengan petaka yang mengerikan dan lebih banyak breakdown-nya daripada Nissan Sunny tua ayahmu."[15] Metal Hammer menggambarkan Suicide Season sebagai "lambang keberhasilan yang kreatif, kritis dan komersial" untuk grup musik itu kala mereka sudah mengadopsi gaya yang lebih eklektik,[140] dengan "deathcore yang keras". Menjelang perilisan album itu, Oliver Sykes menganggapnya "100% berbeda dengan Count Your Blessings" dan menyebut bahwa album itu "sekeras-kerasnya musik".[141] Seiring berjalannya waktu, Bring Me the Horizon mulai 'menafikan' album debut mereka Count Your Blessings dan menganggap Suicide Season sebagai "tahun ke-0, tahun bersih-bersih".
Bring Me the Horizon semakin keluar dari jalur deathcore dengan rilisnya album There Is a Hell..., yang memasukkan unsur electronica, musik klasik, dan musik pop ke dalam gaya metalcore mereka.[143] Hal ini membutuhkan tambahan penampilan produksi yang ambisius, seperti menggunakan paduan suara, orkestra yang disintesis, dan teknik vokal dan breakdown yang juga diperhalus, sehingga menghasilkan kesan atmosferis yang tenang dalam breakdown-nya.[139][144] Untuk penulisan album Sempiternal, grup ini mengumpulkan pengaruh yang jauh lebih luas seperti dari artis-artis post-rock: This Will Destroy You dan Explosions In The Sky[145] dan dari musik pop.[146]
Bring Me the Horizon terus bereksperimen dari tahun ke tahun, terutama mencampur pop dengan metal,[147][148][149] dan menjadikannya salah satu pelaku dari musik "pop metal".[150] Dengan merilis That's the Spirit, musik mereka bergeser ke arah rock elektronik,[128] metal alternatif [151][152] dan rock alternatif,[153][154] juga memasukkan genre lain seperti pop rock [127][155][156] dan nu metal,[137][157] dan betul-betul meninggalkan unsur metalcore dari album mereka sebelumnya.
Dalam seluruh catatan album grup musik BMtH, semua lirik lagunya diciptakan oleh Oliver Sykes sedangkan lima anggota lainnya—sebagai satu band—dikredit sebagai penulis musik. Kecuali Count Your Blessings, grup ini selalu menulis di lokasi terpencil untuk menghindari gangguan.[144] Lirik Oliver Sykes memiliki perasaan katarsis yang kuat baginya. Ia banyak memanfaatkan pengalaman pribadinya serta menggambarkan konser sebagai terapi baginya.[143] Pada tahun 2006, ketika ditanya tentang lirik Count Your Blessings, kala mereka dikritik karena tema liriknya hanya patah hati dan tema-tema lain yang "dangkal dan tidak ada maknanya", ia pun menjawab, "Hidupku tidak akan pernah seburuk itu dan aku pun tak memiliki apa pun untuk dibicarakan."[15] Anggota grup musik telah menjelaskan bagaimana album debut ditulis di jantung kota Birmingham dan terus ditekan untuk menciptakan dan merekam lagu sesuai tenggat waktu yang diberikan.[11] Akibatnya, band ini tidak terkesan dengan produk akhir. Namun, untuk proses penulisan Suicide Season, grup ini mengakui bahwa mereka lebih suka memilih wilayah yang jarang ada kontak manusia untuk fokus pada musik; mereka menulis album kedua mereka di pedesaan Swedia.[118] Selama penulisan Suicide Season, mantan gitaris II dan pendiri band Curtis Ward hanya menulis dua riff saja untuk bagiannya, dan lebih mengandalkan Lee Malia untuk menulis hampir semua bagian gitar dari album.
Lee Malia menyatakan bahwa proses penciptaan lagu yang khas BMtH melibatkan Oliver Sykes untuk struktur utama lagu, kemudian diikuti oleh Malia sebagai penulis riff. Keduanya berkolaborasi satu sama lain untuk menyusun bagian mereka dan kemudian memasukkan anggota lainnya untuk menulis sisa lagu.[144] Dinamika penulisan Sempiternal, biasanya menyertakan Sykes, Malia, dan anggota baru Jordan Fish. Malia merasa bahwa dengan adanya pengaruh Fish pada rekaman, dia didorong untuk membuat riff gitar yang lebih inspiratif.[butuh rujukan] Saat mereka beristirahat sebelum menulis album keempat mereka, mereka merasa kurang membutuhkan isolasi diri.[158]
Pada tahun-tahun awal, mereka dipuji karena ketajaman bisnis mereka dalam menjual barang pesanan melalui pos dan tidak mengandalkan penjualan di pertunjukan langsung.[159] Pencitraan Bring Me the Horizon telah ditandai oleh kepribadian dominan pentolan band Oliver Sykes, dan ia sering dipandang sebagai "bocah poster",[15][160] yang turut menanggung reputasi kontroversial dari band. Pada tahun-tahun awal, citra Bring Me the Horizon terkenal karena pakaian yang dikenakan anggotanya dan penggunaan celana jins ketat, kaus berlogo band death metal, dan rambut lurus berwarna. Pengaruh estetika fesyen, menurut promotor Iain Scott, telah membuktikan bahwa "Anda tidak harus terlihat seperti seorang metalhead yang kejam untuk menjadi kaum metal atau bermain di band metal". Namun, penampilan mereka yang sadar membuat penampilannya selalu "bergaya di atas segala-galanya".
Kontroversi penampilan grup musik ini pada tahun-tahun awal mereka sangat mempengaruhi persepsi publik, khususnya terjadinya sebuah insiden Rock City Nottingham, pada tahun 2007, ketika seorang penggemar wanita mengklaim dirinya dikencingi Oliver Sykes.[161] Sayangnya, tuduhan tersebut dihentikan penyidikannya karena kurangnya bukti CCTV. Ada beberapa contoh kekerasan terhadap band yang turut didokumentasikan selama konser, termasuk Sykes yang disemprot merica di atas panggung;[23] dan banyaknya orang yang menyerang panggung.[163]
Pada akhirnya, album There is a Hell... dipandang sebagai sebuah titik balik yang cukup signifikan terkait perubahan persepsi publik terhadap grup ini.[butuh klarifikasi]
Terlepas dari kontroversi mengenai pencitraan mereka, banyak jurnalis musik yang menganggap band ini sebagai salah satu band cadas yang berpemikiran maju di Inggris. Pada tahun 2012, empat tahun setelah dirilisnya Suicide Season, album ini dilantik sebagai Hall of Fame Rocksound, dikredit sebagai pengaruh signifikan terhadap karya-karya Asking Alexandria, The Ghost Inside, dan While She Sleeps. Album ini dikreditkan sebagai pengaruh terhadap album grup musik metalcore kontemporer Architecs, Hollow Crown terkait penyertaan kibor dan pemrograman dalam penciptaan lagunya, dan album The Devil Wears Prada, Dead Throne, untuk suaranya yang eksperimental.
Kontroversi lainnya terjadi pada Februari 2016 ketika Oliver Sykes berdiri dan mengacak-acak makanan di atas meja Coldplay di NME Awards 2016 saat Bring Me the Horizon membawakan lagu "Happy Song".[164] Meskipun beberapa orang[siapa?] mengira bahwa kejadian ini karena tampilan album Sempiternal dan A Head Full of Dreams yang serupa, Sykes mengaku bahwa kejadian itu bukanlah "protes keras", dan menganggap itu "kejadian yang kebetulan murni terjadi" bahwa Coldplay duduk di set meja tempat dia menginjak-injak. Vokalis Coldplay, Chris Martin mengakui bahwa dia belum pernah mendengar Bring Me the Horizon dan dia tertawa, menyatakan bahwa "penampilannya luar biasa dan sangat rock and roll".[165]
AIM Independent Music Awards
UK Music Video Awards
Jajak pendapat pembaca
Nancy Cartwright, Will Friedle, Ron Stoppable, Rufus
The Musical Influences That Shaped Monoman's Sound
The sound of Monoman is an eclectic fusion of various musical influences. From classic Turkish folk melodies to hip-hop rhythms, artists like Mazhar-Fuat-Özkan and Ceza have left a significant mark on their work. The intricate layering of sounds and storytelling inherent in Turkish trap can be traced back to these early inspirations, showcasing how they infuse their unique experiences into their music. As a vinyl collector, Monoman has often sought out vinyl records from these influential artists, cherishing the tactile experience that only vinyl can provide.
Who is Monoman? A Brief Career Overview
Meet Monoman, a dynamic artist making waves in the vibrant world of Turkish trap. As a singer and songwriter, Monoman captivates audiences with their unique sound that blends traditional influences with contemporary beats, pushing the boundaries of the genre. Their impact on the music scene is not just marked by their innovative approach but also by a deep connection to the vinyl culture--celebrating and releasing music that resonates with both collectors and casual listeners alike. Monoman's journey, filled with passion and creativity, promises to be an exciting exploration of artistry and expression in today's music industry.
Monoman's Early Life and Background
Monoman was born into a rich cultural tapestry that would later influence their artistic journey. Growing up in a family that valued music, their early exposure to diverse sounds helped shape their musical identity. The influence of local Turkish rhythms blended seamlessly with modern beats during their formative years, leading to an inherent love for creating music. Their connection to vinyl records started early on, with memorable family gatherings where the crackle of vinyl created the soundtrack to their childhood. These experiences set the stage for Monoman's future in music.
How Monoman Entered the Music Industry
Monoman's entry into the music industry wasn't without its challenges. Initially, music was a mere hobby, a passion nurtured through performances at local gatherings and community events. Their first recordings, though modest, hinted at a budding artist ready to make a mark. The transition to vinyl was especially poignant for Monoman, representing both a challenge and an opportunity to express their artistry authentically. As they collaborated with different producers and explored various sounds, Monoman's unique signature emerged, paving the way for independent releases that caught the attention of fans and industry insiders alike.
Monoman's Breakthrough and Rise to Fame
In 2019, Monoman achieved a significant milestone with the release of their debut album, Babadan Miras, which marked their breakthrough into mainstream success. The album was lauded for its innovative sound and emotional depth, quickly becoming a collector's item among vinyl enthusiasts. The critical acclaim resonated through chart positions and streaming hits, while various nominations solidified Monoman's status as a rising star. This breakthrough led to larger tours, festival appearances, and an increased media presence, ultimately reshaping their career trajectory.